Minggu, 29 Desember 2013

صلاة الإستخارة



Shalat Istikharah
Istikharah artinya meminta pilihan. Shalat Istikharah adalah shalat untuk meminta pilihan kepada Allah.
Salah satu tata cara Istikharah yang paling dikenal adalah mengerjakan shalat Istikharah dua rakaat, yang bersumber dari Rasulullah, dan membaca doa yang termasyhur sesudahnya, Allahumma inni astakhiruka, sampai akhirnya, dan mengulang-ulanginya beberapa kali serta memperbanyak doa yang berasal dari ayat Al-Qur’an sebagai berikut
رَبَّنَا آتِنَا مِن لَدُنكَ رَحمَةً وَهَيِّئ لَنَا مِن أَمرِنَا رَشَدًا
Rabbana atina mil-ladunka rahmataw-wahayyi’ lana min amrina rasyada.
“Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”
Juga membaca doa yang berasal dari Rasulullah SAW berikut ini sebanyak tujuh kali:
اَللّهُمَّ خِرلِي وَاختَرلِي
Allahumma khir li wakhtarli
“Ya Allah, pilihkanlah untukku.”
Jika shalat Istikharah dilakukan setiap hari, itu bagus, dan orang-orang shalih telah melazimkannya, mereka mendapatkan keberkahan dan keberhasilan dalam tujuan-tujuan mereka.
Shalat Istikharah termasuk perkara-perkara yang dituntut dan disukai, yang diserukan oleh nabi kita, Muhammad SAW. Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu adalah sebagai berikut:
Pertama, Ahmad, Al-Hakim, Abu Ya’la, Ibnu Hibban, Al-Bazzar, dan At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Di antara (yang membawa) kebahagiaan anak Adam adalah ia beristikharah kepada Allah, dan di antara (yang juga membawa) kebahagiaan anak Adam adalah keridhaan-Nya dengan apa yang telah Allah tentukan. Dan diantara (yang membawa) kesengsaraan anak Adam adalah kebenciannya dengan apa yang telah Allah tentukan.”
Para ulama mengatakan, “Tidak akan sia-sia orang yang beristikharah dan tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah.”
Shalat itu disukai oleh jumhur ulama. Menggabungkan Istikharah kepada Allah dan bermusyawarah dengan manusia termasuk penggabungan yang sempurna di antara dua sisi sunnah. Qatadah mengatakan, “Tidaklah suatu kaum bermusyawarah dengan mengharapkan keridhaan Allah melainkan mereka akan mendapat petunjuk kepada yang terbaik dari urusan mereka.”
Kedua, Al-Bukhari meriwayatkan dari hadits Jabir, ia mengatakan, “Rasulullah SAW mengajarkan kepada kami beristikharah dalam semua urusan.” Asy-Syaukani mengatakan, “ini dalil secara umum, dan sesungguhnya seseorang tidak boleh menganggap remeh suatu perkara karena kecilnya dan tidak memberikan perhatian dengannya sehingga meninggalkan shalat Istikharah dalam hal itu. Terkadang sebuah urusan dipandang remeh, padahal ternyata dalam melakukannya atau sebaliknya dalam meninggalkannya terdapat bahaya yang sangat besar. Karena itu Rasulullah mengatakan, ‘Hendaklah salah seorang di antara kalian meminta kepada Tuhannya meskipun tali sandalnya’.” Para salaf selalu memohon kepada Allah meskipun garam dan yang lebih kecil lagi dibandingkan itu, kemudian barulah mereka mengambil sebab-sebabnya (mengupayakannya).
Tata cara shalat Istikharah lainnya adalah sebagaimana yang diriwayatkan Al-Bukhari dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berniat akan melakukan suatu urusan, hendaklah ia melakukan shalat dua rakaat yang bukan shalat fardhu dan membaca surah di dalamnya menurut kehendaknya.”
Sebagaimana ulama berdasarkan ijtihadnya memilih membaca surat Ya Sin (separuhnya di rakaat pertama dan separuhnya lagi di rakaat kedua). Sebagian ulama yang lain memilih surah Al-Kafirun dan Al-Ikhlash. Sebagian yang lain memilih Ayat Kursi dan akhir-akhir surat Al-Baqarah. Ada pula di antara mereka yang memilih ayat Wama kana limu’minin wala mu’minatin sampai mubina pada rakaat kedua (QS Al-Ahzab : 36).
Mereka lebih mengutamakan shalat ini dilakukan sebelum tidur. Terkadang mereka melihat mimpi yang benar (sebagai petunjuk), dan itu merupakan bagian dari nubuwwah.
Nabi SAW bersabda, “Kemudian (setelah shalat) dalam keadaan duduk, menghadap kiblat, dan menghadirkan hajatnya kepada Allah, hendaklah ia membaca doa berikut ini:
اَللّهُمَّ إِنِّي أَستَخِيرُكَ بِعِلمِكَ وَأَستَقدِرُكَ بِقُدرَتِكَ وَأَسأَلُكَ مِن فَضلِكَ العَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقدِرُ وَلاَ أَقدِرُ وَتَعلَمُ وَلاَ أَعلَمُ وَأَنتَ عَلاَّمُ الغُيُوبِ
اَللّهُمَّ إِن كُنتَ تَعلَمُ أَنَّ هذَا الأَمرَ خَيرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمرِي فَاقدُرهُ لِي وَيَسِّرهُ لِي ثُمَّ بَارِك لِي فِيهِ.
وَإِن كُنتَ تَعلَمُ أَنَّ هذَا الأَمرَشَرٌّلِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمرِي فَاصرِفهُ عَنِّي وَاصرِفنِي عَنهُ، وَاقدُرلِيَ الخَيرَ حَيثُ كَانَ وَرَضِّنِي بِهِ.
Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as-aluka min fadhlikal-‘azhimi fa innaka taqdiru wala aqdiru wa ta’lamu wala a’lamu wa anta ‘allamul-ghuyub.
Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal-amra khayrul-li fi dini wa ma’asyi wa ‘aqibati amri faqdurhu li wa yassirhu li tsuma barik li fih.
Wa in kunta ta’lamu anna hadzal-amra syarrul-li fi dini wa ma’asyi wa ‘aqibati amri, fashrifhu ‘anni washrifni  ‘anhu, waqdur liyal-khayra haytsu kana wa radhdhini bih.
‘Ya Allah sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon diberi kemampuan dengan kekuasaan-Mu, dan aku memohon kepada-Mu sebagian anugerah-Mu yang agung. Karena sesungguhnya Engkau menentukan dan aku tidak dapat menentukan, Engkau mengetahui dan aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib.
Ya Allah, jika menurut pengetahuan-Mu perkara ini baik bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akhir urusanku, takdirkanlah ia bagiku, dan mudahkanlah ia untukku, kemudian berilah aku keberkahan padanya.
Dan jika menurut pengetahuan-Mu perkara ini buruk bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku, dan akhir urusanku, hendaklah Engkau hindarkan ia dariku dan Engkau hindarkan aku darinya, dan tentukanlah untukku kebaikan di mana saja ia berada dan berilah aku keridhaan terhadapnya’.”
Boleh mengulang-ulang doa ini dalam keadaan duduk tersebut, karena Nabi SAW menyukai membaca tiga kali, sampai, apabila hatinya telah tenang, barulah beliau berpaling dengan menyebut nama Allah.
Ada pula sebagian ulama yang menambahkannya dengan doa-doa lain, di antaranya doa berikut:
اَللّهُمَّ إِنَّ العِلمَ عِندَكَ وَهُوَ مَحجُوبٌ عَنِّي وَلاَأَعلَمُ مَاأَختَارُهُ لِنَفسِي لكِن أَنتَ المُختَارُ فَإِنِّي فَوَّضتُ إِلَيكَ مَقَالِيدَ أَمرِي وَرَجَوتُكَ لِفَقرِي وَفَاقَتِي، فَأَرشِدنِي إِلَي أَحَبِّ الأُمُورِ إِلَيكَ وَأَرضَاهَا عِندَكَ وَأَحمَدِهَا عِندَكَ، فَإِنَّكَ تَفعَلُ مَا تَشَاءُ وَتَحكُمُ مَا تُرِيدُ
Allahumma innal-‘ilma indaka wa huwa mahjubun anni, wa la a’lamu ma akhtaruhu linafsi lakin antal-mukhtar, fa inni fawwadhtu ilayka ,maqalida amri wa rajawtuka lifaqri wa faqati, farsyidni il ahabbil-umuri ilayka wa ardhaha ‘indaka wa ahmadiha ‘indaka, fa innaka taf’alu ma tasya-u wa tahkumu ma turid.
“Ya Allah, sesungguhnya ilmu itu ada pada-Mu, ia tertutup dariku dan aku pun tidak mengetahui. Aku tak dapat memilihnya untukku, tetapi Engkaulah yang memilih. Sesungguhnya telah aku pasrahkan kepada-Mu kunci-kunci urusanku, serta aku sampaikan tumpuan harapan kepada-Mu karena kefakiran dan kemiskinanku. Karena itu, berilah aku petunjuk kepada urusan yang paling Engkau ridhai, dan paling terpuji di sisi-Mu. Sesungguhnya, Engkau berbuat sesuatu yang Engkau inginkan dan Engkau menentukan sesuatu menurut kehendakmu.“
Istikharah Salaf
Terdapat pula keterangan dari sebagian salaf tata cara yang lain. Dari Anas RA, ia mengatakan bahwa Nabi bersabda, “Wahai Anas, apabila engkau berniat melakukan suatu urusan, mohonlah pilihan kepada Tuhanmu dalam urusan itu tujuh kali, kemudian perhatikanlah apa yang ada di hatimu, karena sesungguhnya kebaikan itu berada di dalamnya.”
Apabila menghendaki suatu urusan, Abu Hurairah RA mengucapkan doa sebagai berikut:
اَللّهُمَّ خِرلِي وَاختَرلِي
Allahumma khir li wakhtarli
“Ya Allah, pilihkanlah untukku.”
Apabila ingin melakukan suatu urusan, Abu Hurairah mengucapkan:
اَللّهُمَ إِنِّي أَسأَلُكَ التَّوفِيقَ لِمَحَابِّكَ مِنَ الأَعمَالِ وَصِدقَ التَّوَكَّلِ عَلَيكَ وَحُسنَ الظَّنِّ بِكَ
Allahumma inni as-alukat-tawfiqa limahabbika minal-a’mal, wa shidqat-tawakkuli ‘alaik, wa husnazh-zhanni bik.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu taufik kepada amal-amal yang Engkau sukai, penyerahan diri yang sesungguhnya kepada-Mu, dan sangka baik kepada-Mu.”
Pengarang kitab Al-Awarif mengatakan, “Dan diniatkan dengan dua rakaat shalat Istikharah semua perbuatan yang dilakukannya pada siang hari dan malamnya. Demikianlah yang aku dapati pada tulisan Syaikh Ali bin Abu Bakar, ia mengatakan: Aku mendapatkannya dari tulisan seorang faqih yang shalih, Abdullah bin Fadhl, Ibnu Khalil mengatakan dalam kitabnya, Tuhfah al-Muta’abbid, dan mengucapkan doa berikut:
اَللّهُمَّ اختَر لِي بِرَحمَتِكَ وَعَافِيَتِكَ، اَللَهُمَّ اقضِ لِي بِالحُسنِ فِي يُسرٍ مِنكَ وَعَافِيَةٍ وَلُطفٍ وَرَأفَةٍ.
Allahummakhtar li birahmatika wa ‘afiyatik, Allahummaqdhi li bil-husni fi yusrin minka wa ‘afiyatin wa luthfin wa ra’fah.
‘Ya Allah, pilihkanlah untukku dengan rahmat-Mu dan afiat-Mu. Ya Allah, tunaikanlah untukku dengan kebaikan dalam kemudahan dari-Mu, afiat, kelembutan, dan kasih sayang’.”
Sedangkan doa Istikharah dalam keadaan tidak berwudhu’ adalah sebagai berikut:
تَوَكَّلتُ فِي أَمرِي هذَا عَلَى الحَيِّ القَيُّومِ، وَأَلجَأتُ نَفسِي فِيهِ عَلَى الحَيِّ القَيَّومِ الَّذِي لاَيَمُوتُ
Tawakkaltu fi amri hadza ‘alal-hayyil-qayum, wa alja’tu nafsi fihi ‘alal-hayyil-qayyumil-ladzi la yamut
“Aku bertawakal dalam urusan ini kepada Dzat Yang Mahahidup dan Maha Mengurusi hamba-Nya, dan aku menyandarkan diriku dalam urusan itu kepada Dzat yang Mahahidup dan Mengurusi hamba-Nya, Dzat Yang Tidak Pernah dan Tidak Akan Mati.”
Al-Imam Ja’far Ash-Shaddiq mengatakan, “Tidaklah seorang hamba memohon pilihan kepada Allah pada suatu urusan di antara urusan-urusannya dengan membaca doa ini sebanyak 100 kali yang setiap 50 kali ia berhenti lalu bertahmid kepada Allah lalu memuji-Nya melainkan Allah akan memilihkannya yang terbaik di antara dua urusan.”
Dari beliau juga dikatakan, “Tidaklah seorang hamba beristikharah kepada Allah dengan doa tersebut sebanyak 70 kali lalu ia membaca doa:
يَاأَبصَرَ النَّاظِرِينَ، يَاأَسمَعَ السَّامِعِينَ، يَاأَسرَعَ الحَاسِبِينَ، يَاأَرحَمَ الرَّاحِمِينَ، يَاأَحكَمَ الحَاكِمِينَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدِ وَعَلَى آلِ بَيتِهِ وَخِرلِي فِي كَذَا وَكَذَا
Ya absharan-nazhirin, ya asma’as-sami’in, ya asra’al-hasibin, ya arhamar-rahimin, ya ahkamal-hakimin, shalli ‘ala muhammadin wa ‘ala ali baytihi wa khir li fi kadza wa kadza.
‘Wahai Dzat Yang Maha Melihat di antara semua yang melihat, wahai Yang Maha Mendengar di antara yang mendengar, wahai Yang Mahacepat perhitungan-Nya, wahai Yang Maha Pengasih di antara yang pengasih, wahai Yang Paling Bijak di antara yang bijak, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya dan pilihkanlah untukku dalam urusan ini.’
melainkan Allah akan memilihkannya yang terbaik di antara dua urusan.”

1 komentar:

  1. Lengkap dan bagus banget tentang istikharah.. Jazakallah Khairan katsira...

    BalasHapus